Synthesizer analog dan digital berbeda dalam cara menghasilkan suara dan komponen yang digunakan dalam desainnya.
Synthesizer Analog
Synthesizer analog menghasilkan suara menggunakan sirkuit analog yang menghasilkan sinyal listrik yang kemudian diperkuat dan dikeluarkan sebagai suara. Karena sifat desainnya, synthesizer analog dapat peka terhadap perubahan suhu dan voltase, dan dapat menghasilkan suara unik yang sulit atau tidak mungkin dibuat ulang dengan synthesizer digital. Contoh synthesizer analog termasuk Moog Minimoog, Roland TB-303, dan Korg MS-20.
Keuntungan Analog Synthesizer:
- Suara yang hangat, kaya, dan organik: Synthesizer analog menggunakan sirkuit analog untuk menghasilkan suara, yang dapat menghasilkan suara yang hangat, kaya, dan organik yang sulit ditiru dengan teknologi digital.
- Suara yang unik dan tidak dapat diprediksi: Sirkuit analog dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembapan, yang dapat menghasilkan suara yang unik dan tidak dapat diprediksi yang dapat menambah karakter dan daya tarik komposisi.
- Kontrol taktil yang intuitif: Synthesizer analog sering kali memiliki kenop fisik, penggeser, dan tombol yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan instrumen dengan cara yang lebih intuitif dan taktil daripada synthesizer digital.
Kerugian dari Analog Synthesizer:
- Fungsionalitas terbatas: Synthesizer analog biasanya memiliki lebih sedikit fitur dan fungsi daripada synthesizer digital, yang dapat membatasi keserbagunaan dan fleksibilitasnya.
- Lebih mahal: Synthesizer analog seringkali lebih mahal daripada synthesizer digital karena biaya pembuatan dan sumber komponen analog.
- Peka terhadap faktor lingkungan: Seperti disebutkan di atas, sirkuit analog dapat dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan, yang dapat mengakibatkan perubahan suara instrumen seiring waktu.
Synthesizer analog sering disukai oleh musisi dan produser yang menghargai kehangatan, karakter, dan ketidakpastian sirkuit analog. Mereka umumnya digunakan dalam genre seperti musik elektronik, funk, dan jazz, dan sering dikaitkan dengan suara klasik dari tahun 70an dan 80an. Musisi dan produser yang lebih suka membuat suara mereka dari awal atau yang menghargai kontrol taktil dan pendekatan langsung dari penyintesis analog sering kali memilih penyintesis analog daripada yang digital.
Synthesizer Digital
Sintesis digital, di sisi lain, menghasilkan suara menggunakan algoritme pemrosesan sinyal digital (DSP) yang mensimulasikan sirkuit analog. Synthesizer digital mampu menghasilkan berbagai macam suara, mulai dari suara synth analog klasik hingga suara digital yang lebih kompleks dan modern. Karena mereka digital, synthesizer digital juga dapat diperbarui dan ditingkatkan dari waktu ke waktu, dan dapat lebih stabil dan konsisten dalam suaranya daripada synthesizer analog. Contoh synthesizer digital termasuk Yamaha DX7, Korg M1, dan Native Instruments Massive.
Keuntungan Digital Synthesizer:
- Keserbagunaan dan fleksibilitas: Synthesizer digital dapat menghasilkan berbagai macam suara dan tekstur, dan seringkali memiliki fitur lanjutan seperti efek bawaan, kemampuan modulasi lanjutan, dan pustaka prasetel.
- Suara yang stabil dan konsisten: Karena penyintesis digital menggunakan algoritme pemrosesan sinyal digital (DSP) untuk menghasilkan suara, mereka kurang terpengaruh oleh faktor lingkungan dan dapat menghasilkan suara yang lebih stabil dan konsisten dari waktu ke waktu.
- Terjangkau: Synthesizer digital seringkali lebih terjangkau daripada synthesizer analog, membuatnya dapat diakses oleh lebih banyak musisi dan produser.
Kerugian Digital Synthesizer:
- Suara dingin atau steril: Beberapa musisi dan produser menemukan bahwa penyintesis digital tidak memiliki kehangatan dan karakter penyintesis analog.
- Kontrol taktil yang lebih sedikit: Penyintesis digital sering kali menggunakan menu dan submenu untuk mengakses fitur dan fungsi, yang membuatnya kurang dapat disentuh dan intuitif untuk digunakan dibandingkan penyintesis analog.
- Dibatasi oleh teknologi: Synthesizer digital dibatasi oleh teknologi yang digunakan untuk membuatnya, yang dapat mempersulit atau tidak mungkin untuk mereplikasi suara dan tekstur unik dari synthesizer analog.
Synthesizer digital, di sisi lain, sering disukai oleh musisi dan produser yang menghargai keserbagunaan, keterjangkauan, dan kenyamanan teknologi digital. Mereka biasanya digunakan dalam genre seperti pop, hip hop, dan musik dansa elektronik (EDM), dan sering dikaitkan dengan suara modern dan mutakhir. Musisi dan produser yang lebih suka menggunakan preset atau yang membutuhkan fitur lanjutan seperti efek bawaan, arpeggiator, dan kemampuan modulasi sering kali memilih penyintesis digital daripada analog.